HOAX zaman now
“JANGAN TEBAR HOAX DISINI”, mungkin kita perlu membuat poster demikian dan menyebarkannya dimanapun seperti halnya “JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN”. Hoax itu layaknya sampah, bertebaran dimana-mana, meresahkan jika dibuang sembarangan tanpa pertanggungjawaban. Begitu pula pelaku berita hoax, mirip pembuang sampah sembarangan. Begitu entengnya membuang sampah sembarangan, tanpa berfikir akibatnya. Pantas saja Indonesia mudah kebanjiran, sampah dimana-mana menyumbat air bendungan dan akhirnya banjir melanda. Begitu juga hoax, bertebaran dimana-mana membanjiri dunia maya, melanda masyarakat segala usia , menjadikan masyarakat mudah terpecah belah. Begitulah penulis menganalogikan hoax seperti sampah.
Indonesia adalah negara demokrasi, semua masyarakat bebas untuk berpendapat, mengapresiasikan hasil pemikirannya dalam bentuk apapun asalkan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pemerintah dan tidak menganggu kepentingan umum. Saat Indonesia terus berbenah menjadikan demokrasi ini lebih baik, ada saja oknum-oknum tertentu yang kontra dengan membuat info-info palsu, berlebihan, pencitraan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Berita-berita hoax tersajikan begitu banyaknya, membuat masyarakat bingung akan kebenarannya. Padahal masyarakat lebih menyukai sesuatu yang instan, sudah ada di depan mata, dan berita hoax sudah tersaji dengan berbagai macam pilihan. Untuk masyarakat yang tidak mempunyai pengetahuan apapun terhadap suatu perkara, tentu dengan mudahnya akan terhasut oleh berita-berita hoax tersebut, karenna hoax akan membentuk opini baru masyarakat. Dalam kasus ini pencipta hoax akan tertawa bahagia karena berhasil mempengaruhi pikiran pembacanya. Begitulah sepak terjang para pembuat berita hoax di negeri ini. Padahal fakta yang ditunjukan oleh catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
Hemat penulis, beredarnya berita-berita hoax membuat dunia pendidikan perlu lebih waspada. Kebiasaan masyarakat yang menyukai berita yang instan membuat mereka malas untuk mencari lebih dalam atas kebenaran-kebenaran yang ada. Jika dihubungkan dengan dunia pendidikan, kebiasaan masyarakat yang seperti inilah yang menyebabkan masyarakat, civitas akademik, pendidik, peserta didik malas membaca. Mudahnya berselancar di dunia maya, lalu menikmati sajian-sajian berita hoax, akan semakin membuatnya terlena. Terlena membuka situs-situs yang tidak jelas fungsi dan kebenarannya.
Metode pembelajaran yang kadang menuntut siswa untuk mencari info di dunia maya ini pun perlu kita telaah lebih dalam. Untuk kasus ini penulis akan memberi tips kepada para pendidik yang sering memberi tugas kepada siswanya dengan memanfaatkan kecanggihan info di dunia maya.
Pengetahuan awal
Pengetahuan awal perlu diberikan kepada siswa terkait dengan tugas yang diberikan guru. Hal ini bertujuan untuk memberi opini awal kepada peserta didik terhadap tujuan dari tugas yang diberikan guru. Sehingga apabila peserta didik mencari tugas di dunia maya tidak melulu menangkap semua informasi yang ada, mereka akan berfikir membandingkan informasi yang mereka dapatkan dengan pengetahuan awal yang telah diberikan oleh guru. Harapannya peserta didik tidak mudah percaya jika mendapatkan info-info yang kurang benar ataua kurang sesuai dengan pengetahuan awal yang mereka dapatkan.
Hati-hati dengan judul Sensasional
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif. Selain judul, juga bisa berwujud pernyataan yang menarik sehingga orang-orang tertarik untuk membacanya. Selain memberi pengetahuan awal, peserta didik perlu diberi himbauan agar lebih berhati-hati dan jangan mudah percaya ketika menemukan judul/pernyataan-pernyataan yang menarik perhatian. Namun jika sudah tertarik sebaiknya perlu mencari referensi lain berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang. Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Cermati alamat situs
Untuk mencari fakta dan kebenaran berita tentu kita perlu cermat dalam memilih alamat situs. Periksalah apakah situs itu sudah terverifikasi sebagai institusi resmi atau belum, misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan. Pendidik perlu memberi rekomendasi situs-situs valid kepada peserta didik
Pengalaman berita HOAX
Beberapa tahun lalu, saat penulis masih duduk di bangku kuliah tepatnya saat mata kuliah astronomi, dosen menjelaskan mengenai teori konspirasi bumi datar. Spontan saja seluruh mahasiswa penasaran. Pada saat itu dosen juga memaparkan beberapa alasan bahwa bumi itu datar dengan bahasa yang meyakinkan dan menarik. Andaikata penulis belum pernah mendapat pengetahuan ini sebelumnya, sudah pasti penulis mempercayai dan meyakininya. Namun sebelum kami mendengar teori tersebut, sudah terpatri dalam pemahaman kami bahwa bumi itu bulat dengan segala alasan dan bukti nyata. Sehingga kami sebagai mahasiswa tidak dengan mudahnya menerima teori tersebut. Kami mencari kebenaran teori-teori tersebut dan saling membandingkannya dengan teori yang lain. Setelah kami selidiki benar saja konspirasi bumi datar itu hanyalah sebuah keyakinan dan bukan teori, untung saja kami tidak terhasut dengan keterangan dari dosen yang menggebu-gebu terhadap konspirasi bumi datar. Dan setelah diusut, ternyata dosen kami penganut konspirasi tersebut.
Pengalaman tersebut perlu menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa hoax bisa berarti berita kurang benar, melebih-lebihkan, menyalahartikan dengan maksud mengadu domba, menghasut, memfitnah, mencari ketenaran atau hanya sekedar mencari sensasi belaka. Dalam dunia pendidikan kita benar-benar perlu meminimalisir kasus hoax tersebut. Terkhusus lagi dalam ilmu-ilmu pengetahuan yang memungkinkan terjadainya opini-opini sepeti pengalaman yang penulis alami. Karena jika kita sebagai civitas akademik saja mudah terpengaruh dengan berita-berita yang masih bersifat opini, bisa jadi anak-anak kita malah menjadi korban adu opini. Padahal dalam pendidikan fakta-fakta dan kegiatan realistis lah yang paling utama diajarkan agar mudah dimengerti oleh peserta didik. Karena dengan fakta-fakta itu lah peserta didik mampu untuk berfikir panjang ke depan untuk menciptakan pemikiran-pemikiran lebih luas dan maju. Bukan malah menciptakan peserta didik yang sifatnya hanya plagiasme opini belaka.
Komentar
Posting Komentar